Senin, 12 Desember 2016

Toleransi Antar Umat Beragama (Makalah)



KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Toleransi Antar Umat Beragama” dengan lancar.
           

Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.      Bapak Drs. H. Asyhari, M.M selaku dosen pembimbing mata kuliah Agama.
2.      Bapak/Ibu orang tua penulis yang senantiasa memberikan dorongan berupa moril maupun materiil.
3.      Kawan-kawan Manajemen Informatika II yang banyak membantu dalam kelancaran pembuatan makalah ini.
4.      Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik  di masa yang akan datang.

Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Atas segala bentuk perhatian dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

                                                                                               
Jepara, 18 November 2014
Penulis




DAFTAR ISI

Judul                                                                                                                          
Kata Pengantar                                                                                                            1
Daftar Isi                                                                                                                     2

BAB I . Pendahuluan                                                                                                  3
1.1.            Latar Belakang                                                                                    3
1.2.               Ruang Lingkup Masalah                                                                   3
1.3.            Maksud dan Tujuan                                                                            3

BAB II . Pembahasan                                                                                                 4
            2.1.      Makna Agama Islam Serta Karakteristiknya                                      4
            2.2.      Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Pandangan Islam                4
            2.3.      Manfaat Toleransi Hidup Beragama Dalam Pandangan Islam          7

BAB III . Penutup                                                                                                       9
            3.1.      Simpulan                                                                                             9
            3.2.      Penutup                                                                                               9














BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agama adalah sebuah nama yang terkesan membuat gentar, menakutkan dan mencemaskan pada era belakangan ini. Di tangan pemeluknya, agama sering dikaitkan dengan kekerasan. Beberapa tahun terakhir banyak muncul konflik, intoleransi dan kekerasan atas nama agama. Pandangan dunia keagamaan yang cenderung tidak cocok dengan zaman saat ini memang berpotensi memecah belah dan saling klaim kebenaran sehingga menimbulkan berbagai macam konflik. Fenomena yang terjadi pada saat ini adalah muncul dan berkembangnya tingkat kekerasan yang membawa-bawa nama agama dalam kejadian-kejadian yang tidak manusiawi tersebut. Sehingga realita kehidupan beragama yang muncul akibat hal tersebut adalah saling mencurigai, saling tidak percaya dan hidup dalam ketidak harmonisan. Akibatnya toleransi dan kepercayaan antar umat beragama bergeser atau kurang di hargai pada era ini.

Toleransi yang merupakan bagian dari visi  teologi atau akidah Islam dan masuk dalam kerangka teologi islam, sejatinya harus dikaji secara mendalamdan diaplikasikan dalam kehidupan beragama karena ia adalah suatu keniscayaan sosial bagi seluruh umat beragama dan merupakan jalan bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama.

1.2. Ruang Lingkup Masalah
Adanya keterbatasan pengetahuan penulis maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Sehingga pembahasan tetap terfokus pada pokok masalah. Sedangkan ruang lingkup pada makalah kali ini penulis hanya fokuskan sesuai dengan judul yaitu toleransi antar umat Beragama dalam pandangan Islam.

1.3. Maksud dan Tujuan
Penulisan makalah ini bermaksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) dan untuk menambah wawasan para pembaca tentang kerukunan umat beragama di Indonesia serta permasalahan yang di hadapi. Semoga Bermanfaat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Makna Agama Islam Serta Karakteristiknya

1.      Makna Agama Islam
Kata Islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, patuh dan taat. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan kehidupan umat manusia pada khususnya dan semua makhluk Allah pada umumnya. Kondisi tersebut akan terwujud jika manusia sebagai penerima amanah Allah dapat menjalankan aturan tersebut secara benar.

2.      Karakteristik ajaran agama Islam
ü  Karakteristik ajaran agama Islam yaitu : Sesuai dengan fitrah manusia
ü  Ajarannya sempurna
ü  Kebenarannya mutlak
ü  Mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan
ü  Fleksibel dan ringan
ü  Berlaku secara universal
ü  Sesuai dengan fikiran dan memotivasi manusia untuk menggunakan akal pikirannya
ü  Inti ajarannya tauhid dan seluruh ajarannnya mencerminkan ketauhidan Allah tersebut
ü  Mencerminkan rahmat, kasih sayang Allah terhadap makhluk_Nya
ü  Mengajarkan para pemeluknya agar saling hormat-menghormati antar manusia

2.2.       TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM PANDANGAN ISLAM
Toleransi (Arab : As Samahah) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerja sama diantara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik maupun agama.
Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama” , “Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku”  yang terkandung dalam ayat di Q.S. Al-Kafiruun adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam. Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup.  Dengan makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan serius. Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah. Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot perhatian besar dari Islam.
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya, “Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”.
Selanjutnya, di Surat Yunus Allah menandaskan lagi, yang artinya: “Katakan olehmu (ya Muhamad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan (kalimatun sawā atau common values) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan tidak pula memperserikatkan-Nya kepada apa pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai “tuhan-tuhan” selain Allah!”. Ayat ini mengajak umat beragama (terutama Yahudi, Kristiani, dan Islam) menekankan persamaan dan menghindari perbedaan demi merengkuh rasa saling menghargai dan menghormati. Ayat ini juga mengajak untuk sama-sama menjunjung tinggi tauhid, yaitu sikap tidak menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep toleransi antar-umat beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu ‘menjauhi konflik’.
Selain itu, hadist Nabi SAW tentang persaudaraan universal juga menyatakan, “irhamuu man fil ardhi yarhamukum man fil samā” (sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula mereka yang di lanit kepadamu).  Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta menegasikan semua keburukan.
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah.  Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.
Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini. Dalam hal ini, Al-Qur’an menyatakan yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu ke arah agama menurut cara (Allah); yang alamiah sesuai dengan pola pemberian (fitrah) Allah, atas dasar mana Dia menciptakan manusia…”
Dilihat dari argumen-argumen di atas, menunjukkan bahwa baik Al-Qur’an maupun Sunnah Nabi secara otentik mengajarkan toleransi dalam artinya yang penuh. Ini jelas berbeda dengan gagasan dan praktik toleransi yang ada di barat. Toleransi di barat lahir karena perang-perang agama pada abad ke-17 telah mengoyak-ngoyak rasa kemanusiaan sehingga nyaris harga manusia jatuh ke titik nadir. Latar belakang itu menghasilkan kesepakatan-kesepakatan di bidang Toleransi Antar-agama yang kemudian meluas ke aspek-aspek kesetaraan manusia di depan hukum.
2.3.       Manfaat Toleransi Hidup Beragama Dalam Pandangan Islam

1.      Menghindari Terjadinya Perpecahan
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.
Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia dengan pesan yang bersifat universal, berikut firman Allah SWT:
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada -Nya orang yang kembali.”(As-Syuro:13)
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Al-Imran:103)
Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak terkecuali, yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan antar umat beragama maupun sesama umat beragama.

2.      Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.
























BAB III
PENUTUP

2.1.Simpulan

Toleransi antar umat beragama di era ini sedang mengalami gejolak yang dapat dikategorikan sebagai masalah tentang ketidakpercayaan antar umat. Dari segi pengamatan awam agama menampilkan kesan yang cukup mendalam tentang adab atau perilaku baik yang stiap agama mengajarkannya.
Islam sendiri sangat menjunjung tinggi mengenai batasan-batasan toleransi umat beragama. Terbukti dari beberapa ayat yang telah tersampaikan pada BAB II (Pembahasan), bahwa Nabi SAW juga mengajarkan adanya saling hormat-menghormati antar umat beragama, sesuai dengan makna namanya yaitu selamat dan damai. Islam mengajarkan pada umatnya untuk dapat hidup berdampingan dengan umat lainnnya dengan jalan damai.

2.2.Penutup

Demikian yang bisa penulis sampaikan, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya sesuai kode etik penulisannya. Namun karena keterbatasan pengetahuan penulis, maka penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mohon saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan dimasa mendatang.
Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.


0 komentar:

Posting Komentar