Senin, 12 Desember 2016

PERMASALAHAN SOSIAL DAKWAH DI INDONESIA (MAKALAH)

PERMASALAHAN SOSIAL DAKWAH DI INDONESIA
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Sosiologi Dakwah
Dosen Pengampu: Ahmad Faqih, S.Ag, M.Si


Disusun Oleh:
Nur Inayati                              (1501046001)
Siti Ani Munasaroh                 (1501046002)

Muhammad Marzuki              (1501046012)



PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Persoalan yang dihadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan (entertainment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan moral dan etika. Kerawanan moral dan etika itu muncul semakin transparan dalam bentuk pornografi dan pornoaksi karena didukung oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi seperti  televisi, DVD/VCD, jaringan internet, hand phone dengan pasilitas canggih dan sebagainya. Demoralisasi itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam.
Akibatnya masyarakat mengalami apa yang disebut dengan pendangkalan budaya moral dan kehilangan rasa malu. Permasalahan ini semakin kompleks terutama setelah terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjangkau wilayah yang semakin luas dan menjerat semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati diri, krisis iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini semakin buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang tidak kenal batas.
Terjadinya ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang tidak boleh dibiarkan lewat begitu saja. Umat Islam harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat  aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit umat yang telah menjadi korban dari efek globalisasi informasi yang membuat identitas keislamannya mengalami pengaburan dan masa depan generasi muda semakin suram. Jika umat Islam terlena oleh kemewahan hidup dengan berbagai pasilitasnya, maka secara perlahan akan meninggalkan ajaran agama. Dengan demikian akan terjadi kehampaan rohani  yang justru merusak kepribadian setiap umat manusia. Di samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam mengakses informasi dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga akan membuat langkah-langkah dakwah kita semakin tertinggal. Pada dasarnya kemajuan arus globalisasi informasi telah membawa pengaruh yang sangat besar terhadap tatanan kehidupan masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban modern yang sudah mengglobal telah memberikan kemudahan bagi umat manusia dalam menjalani aktivitas kehidupannya. Namun demikian dampak negatif yang ditimbulkan juga telah membawa berbagai permasalahan di dalam masyarakat. Dari latar belakang diatas, Makalah ini akan membahas tentang permasalahan sosial dakwah yang ada di Indonesia, meliputi kondisi sosial dari masyarakat, permasalahan sosial dan cara penyelesaiannya.
2.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana definisi dari problematika dakwah?
2.      Apa saja saja permasalahan sosial dakwah di Indonesia?
3.      Bagaimana strategi pemecahan permasalahan sosial dakwah di Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Definisi Problematika Dakwah
Problematika berasal dari kata problem yang artinya soal,masalah, perkara sulit, persoalan. Problematika sendiri secara leksikal mempunyai arti berbagai problem masalah. Problematika dakwah merupaka sunatullah yang memang keberadaanya selalu ada. Problematika dakwah sering kali di definisikan sebagai kendala-kendala dan persoalan yang muncul dalam perlaksanaan dakwah. problematika dakwah merupakan kendala yang seyogyanya dicari pemecahan demi keberlangsungan dakwah yang sesuai dengan harapan seorang da’i.[1]
2.      Problematika Sosial Dakwah di Indonesia
Problematika sosial dakwah di Indonesia setidaknya digolongkan kedalam tiga kategori, antara lain sebagai berikut :
a.      Problema Aqidah
Pembangunan yang dicanangkan adalah bukan hanya pembangunan ekonomi, sosial kemasyarakatan saja tetapi juga menyangkut pembangunan rohani dalam artian pembangunan manusia seutuhnya. Hal ini perlu disadari mengingat pembangunan yang selama ini dirasakan lebih banyak memperhatikan aspek fisik jasmani dibandingkan dengan pembangunan pada bidang rohani (mental spritual). Oleh karena itu meskipun pembangunan fisik telah mencapai kemajuan yang sangat pesat tetapi berbagai persoalan umat yang sangat mendasar masih sering terjadi seperti persoalan akidah (syirik), persoalan akhlak seperti kenakalan remaja, dan berbagai persoalan sosial kemasyarakatan lainnya. Syirik adalah menduakan atau menyamakan Allah dengan yang lainnya. Syirik secara umum dapat dikatakan sebagai kecondongan untuk bersandar pada sesuatu atau pun seseorang selain Allah. Hal ini akan terjadi pada orang-orang yang tidak mampu mengendalikan nafsu jahatnya, karena sesungguhnya nafsu jahat itu lebih suka menyembah produk imajinasinya sendiri. Seringkali tanpa disadari manusia telah mempertuhankan sesuatu selain dari Allah. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari terdapat umat Islam yang tidak memperdulikan lagi shalat hanya karena memburu materi. Uang telah menjadi ”tuhan baru” dalam mengisi aktivitas kehidupannya, sehingga kebutuhan spritual dilupakan. Kemajuan dalam berbagai bidang telah membawa dampak yang sangat besar terhadap aqidah keislaman.
 Namun demikian sekalipun ilmu pengetahuan modern sudah melangkah begitu jauh menempuh berbagai jalan untuk mengembangkan pengaruhnya, tetapi belum sepenuhnya memberikan kepuasan kepada umat manusia dalam hal keamanan dan kesejahteraan. Juga tidak dapat melimpahkan kemesraan dan kecintaan, kesayangan dan keibaan, sikap tolong menolong bahkan tidak kuasa pula meluruskan akhlak yang rusak. Oleh sebab itu kemudian umat manusia dihinggapi penyakit yang sangat mengkhawatirkan akibat berlebihnya keluasan akal pikiran disamping kesempitan hati nurani. Untuk  dapat menjaga tegaknya aqidah Islam itu maka umat Islam harus kembali kepada petunjuk dari kitab suci al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Saw. Hanya saja untuk memperkuat akidah Islam sangat dibutuhkan tenaga da’i yang profesional, yang penuh kesungguhan dalam menyebarkan syiar Islam. Tenaga da’i yang memiliki pendirian yang kokoh berdiri di medan dakwah mutlak diperlukan, sehingga mempunyai tempat dalam kalbu dan alam pikiran umat juga dapat menguasai pengaruh kehidupan masyarakat ramai. Kesadaran keagamaan secara perlahan dikikis dengan konsep pemikiran dari Barat yang dapat membawa pada degradasi keberimanan.
b.      Problema Akhlak
Sebagai makhluk yang sempurna maka manusia  dilengkapi dengan suatu tabiat yang berbentuk dua kekuatan yaitu amarah dan syahwat (keinginan). Dua kekuatan inilah yang menentukan akhlak dan sifat manusia. Dengan kekuatan syahwat, seseorang akan mencari segala sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri guna untuk mempertahankan hidup dan berketurunan. Sedang dengan kekuatan amarah, ia dapat menolak segala bahaya yang mengancam keselamatan dan keamanan dirinya. Kekuatan terakhir ini pada dasarnya merupakan bagian dari kekuatan pertama walaupun substansi masing-masing berlainan. Persoalan moralitas merupakan hal yang sangat menonjol di era globalisasi ini terutama dikalangan remaja. Remaja sebagai bagian dari perjalanan umur kehidupan seseorang, tentunya mempunyai kebutuhan dan keinginan yang harus terpenuhi. Kebutuhan itu seringkali menjadi sumber timbulnya berbagai problema dalam diri dalam rangka penyesuain terhadap lingkungannya.
Kebutuhan remaja dapat digolongkan kepada tiga bahagian yaitu biologis, psikis dan sosial. Kebutuhan biologis, Kebutuhan biologis biasa juga disebut physiological drive atau biological motivation yaitu kebutuhan yang berasal dari dorongan-dorongan biologis yang  bersifat naluriah seperti haus, dorongan seks, mengantuk dan sebagainya. Kebutuhan Psikis, Kebutuhan psikis adalah segala dorongan yang menyebabkan orang bertindak mencapai tujuannya yang bersifat rohaniah atau kejiwaan seperti kebutuhan akan agama, rasa aman, kesehatan mental dan sebagainya. Kebutuhan sosial, Kebutuhan sosial ialah kebutuhan yang berhubungan dengan hal-hal di luar diri atau sesuatu yang ditimbulkan oleh orang lain atau hubungan dengan lainnya misalnya kebutuhan untuk bergaul, kebutuhan berekspresi dan lainnya.
Pada diri remaja juga ada benih-benih agama sebagai fitrah akan kehadirannya di muka bumi. Namun para remaja juga menghadapi problema yang bersangkut paut dengan agama dan budi pekerti atau akhlak. Karena masa remaja adalah masa ragu-ragu terhadap kaidah-kaidah agama dan akhlak sehingga sering terjadi ketidakseimbangan dalam diri remaja.
Kelompok-kelompok remaja biasanya tercipta atas dasar persamaan dalam kemampuan, sikap dan status sosial. Mungkin apa yang dikatakan orang bijak bahwa jaman ini adalah ”jaman edan” ada benarnya dan sangat beralasan Islam hanya dipandang sebagai ritual ibadah, identik dengan masjid, pengajian, dan sebagainya, yang semuanya identik dengan kelemahan, kebodohan, dan kemiskinan. Akibatnya umat Islam benar-benar terjebak dalamkondisi keterbelakangan. Kepedulian tehadap sesama umat Islam sangat kecil. Umat di satu negeri hampir-hampir tidak mempedulikan keadaan saudaranya di negeri lain. Umat terkena pula penyakit ananiyah (egois). Baginya, keselamatan diri dan keluarga yang penting, orang lain belakangan. Padahal Rasulullah bersabda : “ Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Oleh karena itu untuk menghambat kemajuan dunia Islam maka  dilakukan invasi. Invasi dari pihak non Islam bukan pada invasi militer melainkaninvasi pemikiran. Karena itu, pihak non muslim saat ini menyerang kaum muslimin dari sisi aqidah dan akhlak. Setelah rusak aqidah dan akhlak umat Islam terutama para generasi muda, maka akan mudah pihak non muslim untuk mengendalikan kaum muslimin. Target akhir dari invasi pemikiran adalah agar kaum muslimin memberikan loyalitasnya kepada non muslim.
c.       Problema Individualisme Materialisme
Globalisasi membawa dampak yang sangat luar biasa dalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Belum pernah ada peradaban yang begitu mendunia seperti mendunianya peradaban modern. Di kota-kota besar di Indonesia, sikap hidup materialistik menjadi gaya hidup yang seolah telah merasuk ke dalam relung hati terdalam masyarakat perkotaan.  Agama mulai tersingkir dari pertimbangan-pertimbangan manusia kota dalam membuat keputusan-keputusan penting dalam kehidupannya. Itu sebabnya, slogan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang relijius tampaknya menjadi klise dan kehilangan maknanya. Jika diperhatikan problem-problem yang muncul dalam masyarakat modern (termasuk sikap mental individualis dan materialis), tampaknya  hal itu tidak bisa lepas dari pandangan hidup humanistik yang merupakan cikal bakal peradaban Barat modern. Mengenai humanisme, peradaban Barat adalah contoh yang buruk. Antroposentrisme menganggap manusia sebagai pusat dunia, karenanya merasa cukup dengan dirinya sendiri. Selama dua atau tiga ratus tahun lebih manusia modern membatasi pandangannya hanya pada manusia.  Manusia modern banyak mencari kesenangan dan kepuasan yang dekat (di sini dan saat ini, duniawi) daripada kesenangan dan kebahagiaan dari perspektif yang lebih jauh dan mendalam (misalnya kebahagiaan di akhirat). Ini disebabkan karena manusia telah kehilangan kemampuan untuk membayangkan hal yang lebih jauh dari dirinya sendiri.
Antroposentrisme ini kemudian pada gilirannya menghilangkan fungsi transendensi pada diri manusia. Manusia karena merasa menjadi pusat dunia, cenderung menfokuskan segala sesuatu pada diri sendiri. Akibatnya dia tidak mampu keluar dari batasan diri sendiri. Cara pandang dan sikap mental manusia modern bersifat sangat terbatas dan tidak mampu menjangkau dimensi yang lebih luas, lebih jauh dan lebih tinggi dari pada dirinya sendiri. Itulah sebabnya kenapa Zohar menyebut humanisme Barat sebagai humanisme yang miskin spiritual atau humanisme yang secara spiritual bodoh.  Dengan bahasa lain, kecerdasan spiritual (SQ) manusia yang berangkat dari cara pandang antroposentris rendah. Terlepas dari semua pandangan di atas, tetapi yang pasti semua itu disebabkan karena adanya krisis moralitas yang telah melanda masyrakat. Sementara itu, dakwah untuk mengembalikan ummat manusia kepada fitrahnya, nampak kehilangan ruh (hakekat dan semangat dakwah). Sehingga, dakwah tidak memiliki metode, pedoman dan arahan yang jelas. Terutama untuk menjadikan kaum muslimin sebagai khairu ummah, yang dapat memainkan peran utama dalam kancah kepemimpinan dunia, dan teladan di tengah masyarakat.[2]
3.      Strategi Pemecahan Permasalahan Sosial Dakwah Di Indonesia
Bertolak dari faktor-faktor tersebut, agar problematika dakwah tidak semakin kusut dan berlarut-larut, perlu segera dicarikan jalan keluar dari kemelut persoalan yang dihadapi itu. Dalam konsep pemikiran yang praktis M. Amien Rais, dalam bukunya Moralitas Politik Muhammadiyah, menawarkan lima “Pekerjaan Rumah” yang perlu diselesaikan, agar dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan produktif.
Pertama, perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi. Ilmu dakwah belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah, melainkan diperlukan pula berbagai penguasaan dalam teknologi informasi yang mutakhir.
Kedua, setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
 Ketiga, proses dakwah tidak  lagi terbatas pada dakwah bi al-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bi al-hâl, bi al-khitâbah (lewat tulisan), bi al-hikmah (dalam arti politik), bi al-iqtishâdiyah (ekonomi), dan sebagainya. Yang jelas, actions, speak louder than word.
Keempat, media massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang sebagai media dakwah. Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam. Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesanpesan agama lain dan sepi dari pesan-pesan Islami, maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi peningkatan dakwah Islam di tanah air.
Kelima, merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak dan para remaja  adalah aset yang tidak ternilai. Mereka wajib  selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi akibat ‘invasi’ nilai-nilai non islami ke dalam jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng tangguh (alhusus al-hamidiyyah) dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini, maka dapat disimpulkan bahwa masa depan dakwah  akan tetap ceria.
 Dari uraian di atas, dapat diprediksi bahwa missi dan tantangan dakwah akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan melelahkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab itu semuanya harus dikelola dengan manajemen dakwah yang profesional  oleh tenaga-tenaga dakwah yang  berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal.[3]
Uraian pembahasan mengenai problematika dakwah pada bab II dimaksudkan untuk memperlihatkan suatu kerangka strategi dakwah berdasarkan pada pemahaman terhadap berbagai permasalahan yang telah jelaskan di atas.
1.       Islam Sebagai Nilai Sentral yang Hidup dan Menggerakan
Sebagai suatu sistem usaha untuk mewujudkan nilai-nilai Islam, dakwah merupakan suatu kebulatan dari sejumlah unsur, antara yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, material dan spiritual yang diridhoi Allah SWT. Sistem dakwah memiliki fungsi mengubah lingkungan secara terperinci, yaitu meletakkan dasar filsafat eksistensi masyarakat Islam, menanamkan nilai-nilai keadilan, persamaan, persatuan, perdamaian, kebenaran, kebaikan sebagai inti penggerak perkembangan masyarakat, “membebaskan” individu dan masyarakat dari sistem kehidupan yang dhalim menuju sistem kehidupan yang adil (demokratis), memberi kritik sosial atas penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat dalam rangka mengemban nahi-munkar, memberikan alternatif konsepsi atas kemacetan sistem dalam rangka melaksanakan amarmakruf, memberikan dasar orientasi keislaman kegiatan ilmiah dan teknologi, merealisir sistem budaya yang berakar pada dimensi spiritual yang merupakan ekspresi aqidah (teologis), meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menegakkan hukum, mengintegrasikan kelompok-kelompok kecil menjadi kesatuan umat merealisir keadilan dalam bidang ekonomi dcngan membela kelas masyarakat yang ekonominya lemah, dan memberi kerangka dasar kcselarasan hubungan manusia dengan alam lingkungannya.
2.      Pendekatan umum yang digunakan adalah pemecahan masalah yang tengah dihadapi
Hal ini dilakukan baik di bidang politik, ekonomi, sosial, dan semua aspek kehidupan. Dengan demikian, berbagai permasalahan umat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari gerakan dakwah. Dalam konteks ini, yang harus kita ingat adalah permasalahan dakwah mencakup, bukan saja permasalahan individual pengelola dan sasaran dakwah, tetapi mencakup juga segi-segi sosial kemasyarakatan dan organisasional. Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas, maka altematif gerakan dakwah yang digalakkan adalah apa yang selama ini dikenal dengan Dakwah Bil Hal atau Dakwah Pembangunan. Alternatif ini berangkat dari asumsi bahwa syarat utama agar suatu komunitas dapat memelihara dan mengembangkan identitasnya adalah terciptanya kondisi yang terorganisasi yang kemudian memudahkan persatuan, kerja sama, dan penggerakan ke arah yang lebih produktif. Selama ini dakwah mengajarkan kepada manusia bahwa Islam datang dengan membawa rahmat untuk seluruh alam dan tentunya lebih-lebih lagi untuk pemeluknya. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa kerahmatan tersebut belum dirasakan menyentuh segi-segi kehidupan nyata kaum muslimin, lebih-lebih yang hidup di pedesaan. Hal ini disebabkan oleh yang menyentuh mereka dari ajaran agama selama ini baru segi-segi ibadah ritual saja, sedangkan segi-segi lainnya, kalaupun disentuh dan dilaksanakan hanya dalam bentuk individual, dan dalam bentuk kolektif masih sangat sedikit sekali dan kurang efektif. Dakwah Bil Hal diharapkan dapat menunjang segi-segi kehidupan masyarakat sehingga pada akhimya setiap komunitas memiliki kemampuan untuk mengatasi kebutuhan dan kepentingan anggotanya, khususnya dalam bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat.
3.       Pola Pengembangan Terpadu dan Menyeluruh
Untuk menghadapi masalah-masalah dakwah yang semakin berat dan semakin kompleks, penyelenggaraan dakwah tidak mungkin dilakukan per orang secara sendiri-sendiri dan secara sambil lalu saja. Akan tetapi, harus diselenggarakan oleh para pelaksana dakwah secara bekerja sama dalam kesatuan-kesatuan yang teratur rapi, dengan terlebih dahulu dipersiapkan dan direncanakan sematang-matangnya, serta menggunakan sistem kerja yang efektif dan efisien. Dengan kata lain bahwa dalam menghadapi masyarakat objek dakwah yang sangat kompleks dengan problem. Penyelenggaraan dakwah akan dapat berjalan secara efektif dan efisien, apabila terlebih dahulu dapat diidentifikasikan dan diantisipasi masalah-masalah yang akan dihadapi. Kemudian atas dasar hasil pengenalan situasi dan kondisi medan dakwah, disusunlah rencana dakwah yang tepat. Selanjutnya, untuk melaksanakan rencana yang telah disusun itu, dipersiapkan pula pelaksana yang memiliki kemampuan yang sepadan, dan mereka diatur dan diorganisir dalam kesatuan-kesatuan yang seimbang dengan luasnya usaha dakwah yang akan dilakukan.
Demikian pula mereka yang telah diatur dan diorganisir dalam kesatuan-kesatuan ini digerakan dan diarahkan pada sasaran atau tujuan dakwah yang dikehendaki. Akhirnya, tindakan-tindakan dakwah yang dilakukan itu diteliti, dinilai, dan dievaluasi, apakah senantiasa sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau terjadi penyimpangan. Untuk mengembangkan masyarakat Islam diperlukan kegiatan bimbingan masyarakat agar dalam pertumbuhannya tidak ketinggalan dengan masyarakat umat lain dalam prestasi, yaitu melalui Dakwah Pengembangan Masyarakat.
Adapun kegiatan yang dilakukan mencakup empat kelompok kegiatan, yakni studi masalah strategi, pengembangan metodologi, pendidikan dan latihan, dan koordinasi dan kerjasama. Masing-masing hal tersebut sesungguhnya bukanlah merupakan kegiatan yang terpisah, tetapi kegiatan yang saling berkesinambungan. Misalnya, latihan didahului dengan pemetaan profil sosial ekonomi wilayah pengembangan, sebagai pemahaman yang empiris medan dakwah. Selanjutnya, latihan itu sendiri dilakukan dengan mengambil metode latihan tertentu yang tetap dikembangkan oleh lembaga-lembaga pengembangan masyarakat, sebagai wujud kerjasama dan koordinasi.
Usaha terakhir ini juga berwujud di dalam penyelenggaraan maupun pengikutsertaan pelatih. Peserta juga diambil dari berbagai organisasi masyarakat. Bertolak dari pemikiran yang ada, strategi pengembangan masyarakat yang dipilih berorientasi pada ketentuanketentuan sebagai berikut:
1.       Dimulai dengan mencari kebutuhan masyarakat, bukan saja kebutuhan yang secaraobjektif memang memerlukan pemenuhan, tetapi juga kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat setempat perlu mendapat perhatian.
2.       Bersifat terpadu dengan pengertian bahwa berbagai aspek kebutuhan masyarakat di atas dapat dijangkau oleh program, dapat melibatkan berbagai unsur yang ada dalam masyarakat dan penyelenggaraan program itu sendiri merupakan rangkaian yang tidak terpisah.
3.        Pendekatan partisipasi dari bawah, dimaksudkan bahwa ide yang ditawarkan mendapat kesepakatan masyarakat atau merupakan ide masyarakat itu sendiri.
4.        Melalui proses sistematika pemecahan masalah, artinya program yang dilaksanakan oleh masyarakat sejauh mungkin diproses menurut aturan/langkah-langkah pemecahan masalah. Dengan demikian, masyarakat dididik untuk bekerja secara berencana, efisien dan mempunyai tujuan yang jelas.
5.       Menggunakan teknologi yang sesuai dengan tepat guna, maksudnya teknologi dalam perangkat lunak maupun perangkat keras yang ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, terjangkau oleh pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sekaligus dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, dapat meningkatkan produktivitas dan tidak mcngakibatkan pengangguran.
6.        Program dilaksanakan melalui tenaga lapangan yang bertindak sebagai motivator. Fungsi tenaga lapangan ini dilakukan oleh para da’i, khususnya tcnaga dari organisasi/Iembaga masyarakat yang berpartisipasi.
7.        Azas swadaya dan kerjasama masyarakat, maksudnya bahwa pelaksanaan program harus berangkat dari kemampuan diri sendiri dan merupakan kerjasama dari potensi-potensi yang ada. Dengan demikian, setiap bantuan dari pihak luar hanya dianggap sebagai pelengkap dari kemampuan dan potensi yang sudah ada.[4]

BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Problematika berasal dari kata problem yang artinya soal,masalah, perkara sulit, persoalan. Problematika sendiri secara leksikal mempunyai arti berbagai problem masalah. Gejala umum yang dapat kita rasakan, dapat kita lihat dewasa ini yang menjadi permasalahan dakwah yang menyelimuti hidup dan kehidupan manusia sangat beraneka ragam dan sangat kompleks. Namun, secara ringkas, permasalahan dakwah yang kita temukan dan kita hadapi dalam realitas keseharian meliputi dua hal pokok yaitu:
1.      Terjadinya pergeseran nilai, yakni nilai-nilai Islam sedikit demi sedikil digeser oleh berbagai nilai-nilai yang lain seperti kapitalisme, materialisme, rasionalisme, dinamisme, sekulerisme, manipulasi, individualisasi, dan lain sebaginya.
2.      Timbulnya berbagai macam permasalahan sosial, seperti kemiskinan, kebodohan, kekerasan dalam masyarakat, keterbelakangan, dekadensi moral, ketertindasan dengan berbagai dampaknya.
Di samping itu, kita juga menghadapi permasalahan dakwah yang berhubungan dengan dinamika “orang lain’’ yang secara sadar terlibat dalam upaya pendangkalan akidah umat Islam, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan berbagai kelemahan internal umat Islam sebagaimana disebutkan dalam permasalahan utama di atas menjadi bagian yang sangat mengkhawatirkan. Untuk memberikan jawaban yang strategis bagi permasalahan dakwah di atas, kita memerlukan “kalkulasi” yang jujur terhadap apa yang telah dicapai saat ini, apa saja yang telah kita lakukan, dan apa yang bclum sama sckali kita sentuh.
Untuk strategi pemecahan masalah yang ditawarkan untuk mengatasi masalah sosial dakwah di Indonesia antara lain :
1.       perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi.
2.       Setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
3.      proses dakwah tidak  lagi terbatas pada dakwah bi al-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bi al-hâl, bi al-khitâbah (lewat tulisan), bi al-hikmah (dalam arti politik), bi al-iqtishâdiyah (ekonomi), dan sebagainya. Yang jelas, actions, speak louder than word.
4.      Berdakwah melalui media masa, sebagai sarana yang dinilai  efektif untuk mensyiarkan ajaran agama.
5.      Pemahaman mengenai kajian Islam Sebagai Nilai Sentral yang Hidup dan Menggerakan
6.      Pendekatan umum yang digunakan adalah pemecahan masalah yang tengah dihadapi
7.      Menggunakan Pola Pengembangan Terpadu dan Menyeluruh.

2.      Kritik dan saran
Demikian makalah mengenai sejarah dan perkembangan retorika yang dapat kami buat dan kami sampaikan. Mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kesalahan dalam penulisan, ataupun ada refrensi yang kurang benar dalam pembahasan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kami menerima saran dan kritikan dari pembaca demi kebaikan kami untuk selanjutnya. Tiada kesempurnaan bagi kita, kecuali kesempurnaan itu hanya milik Allah semata.









DAFTAR PUSTAKA
_________Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni 2013 : 1 – 23 Dakwah dan Problematika Umat Islam (Nurhidayat Muh. Said) (diunduh pada Jum’at, 2 Desember 2016)
_________JURNAL DAKWAH DAN KOMUNIKASI. Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto KOMUNIKA  ISSN: 1978-126 Vol.2 No.2 Jul-Des 2008 pp.269-276(diunduh pada Jum’at, 2 Desember 2016)
_________Sulton, Muhammad dkk, Problematika Dakwah Di Fakfak Papua. 2012. Semarang : IAIN Walisongo.








[1] Muhammad Sulton dkk, Problematika Dakwah Di Fakfak Papua, (Semarang : IAIN Walisongo, 2012) hlm 35
[2] Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni 2013 : 1 – 23 Dakwah dan Problematika Umat Islam (Nurhidayat Muh. Said) diunduh pada Jum’at, 2 Desember 2016.

[3] Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni 2013 : 1 – 23 Dakwah dan Problematika Umat Islam (Nurhidayat Muh. Said) diunduh pada Jum’at, 2 Desember 2016.

[4] JURNAL DAKWAH DAN KOMUNIKASI. Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto KOMUNIKA  ISSN: 1978-126 Vol.2 No.2 Jul-Des 2008 pp.269-276(diunduh pada Jum’at, 2 Desember 2016)

0 komentar:

Posting Komentar