PERMASALAHAN SOSIAL DAKWAH DI INDONESIA (MAKALAH)
PERMASALAHAN SOSIAL DAKWAH DI INDONESIA
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Sosiologi Dakwah
Dosen Pengampu: Ahmad
Faqih, S.Ag, M.Si
Disusun Oleh:
Nur Inayati (1501046001)
Siti Ani
Munasaroh (1501046002)
Muhammad
Marzuki (1501046012)
PENGEMBANGAN
MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Persoalan yang
dihadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk
kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan (entertainment), kepariwisataan dan seni
dalam arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan moral dan
etika. Kerawanan moral dan etika itu muncul semakin transparan dalam bentuk
pornografi dan pornoaksi karena didukung oleh kemajuan alat-alat teknologi
informasi seperti televisi, DVD/VCD,
jaringan internet, hand phone dengan pasilitas canggih dan sebagainya.
Demoralisasi itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas,
seperti maraknya perjudian, minum minuman keras, dan tindakan kriminal, serta
menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam.
Akibatnya
masyarakat mengalami apa yang disebut dengan pendangkalan budaya moral dan
kehilangan rasa malu. Permasalahan ini semakin kompleks terutama setelah
terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjangkau wilayah
yang semakin luas dan menjerat semakin banyak generasi muda dan remaja yang
kehilangan jati diri, krisis iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini semakin buruk
dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas
antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang
tidak kenal batas.
Terjadinya ledakan
informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang tidak boleh dibiarkan
lewat begitu saja. Umat Islam harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan
memperkuat aqidah yang berpadukan ilmu dan
teknologi. Tidak sedikit umat yang telah menjadi korban dari efek globalisasi
informasi yang membuat identitas keislamannya mengalami pengaburan dan masa
depan generasi muda semakin suram. Jika umat Islam terlena oleh kemewahan hidup
dengan berbagai pasilitasnya, maka secara perlahan akan meninggalkan ajaran
agama. Dengan demikian akan terjadi kehampaan rohani yang justru merusak kepribadian setiap umat
manusia. Di samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam mengakses
informasi dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga akan membuat
langkah-langkah dakwah kita semakin tertinggal. Pada dasarnya kemajuan arus
globalisasi informasi telah membawa pengaruh yang sangat besar terhadap tatanan
kehidupan masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban modern yang sudah
mengglobal telah memberikan kemudahan bagi umat manusia dalam menjalani
aktivitas kehidupannya. Namun demikian dampak negatif yang ditimbulkan juga
telah membawa berbagai permasalahan di dalam masyarakat. Dari latar belakang diatas,
Makalah ini akan membahas tentang permasalahan sosial dakwah yang ada di
Indonesia, meliputi kondisi sosial dari masyarakat, permasalahan sosial dan
cara penyelesaiannya.
2.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana definisi dari problematika dakwah?
2.
Apa saja saja permasalahan sosial dakwah di Indonesia?
3.
Bagaimana strategi pemecahan permasalahan sosial dakwah
di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Problematika Dakwah
Problematika
berasal dari kata problem yang artinya soal,masalah, perkara sulit, persoalan.
Problematika sendiri secara leksikal mempunyai arti berbagai problem masalah.
Problematika dakwah merupaka sunatullah yang memang keberadaanya selalu ada.
Problematika dakwah sering kali di definisikan sebagai kendala-kendala dan
persoalan yang muncul dalam perlaksanaan dakwah. problematika dakwah merupakan kendala
yang seyogyanya dicari pemecahan demi keberlangsungan dakwah yang sesuai dengan
harapan seorang da’i.[1]
2. Problematika Sosial Dakwah di Indonesia
Problematika sosial dakwah di
Indonesia setidaknya digolongkan kedalam tiga kategori, antara lain sebagai
berikut :
a. Problema Aqidah
Pembangunan yang
dicanangkan adalah bukan hanya pembangunan ekonomi, sosial kemasyarakatan saja
tetapi juga menyangkut pembangunan rohani dalam artian pembangunan manusia
seutuhnya. Hal ini perlu disadari mengingat pembangunan yang selama ini
dirasakan lebih banyak memperhatikan aspek fisik jasmani dibandingkan dengan
pembangunan pada bidang rohani (mental spritual). Oleh karena itu meskipun
pembangunan fisik telah mencapai kemajuan yang sangat pesat tetapi berbagai
persoalan umat yang sangat mendasar masih sering terjadi seperti persoalan akidah
(syirik), persoalan akhlak seperti kenakalan remaja, dan berbagai persoalan
sosial kemasyarakatan lainnya. Syirik adalah menduakan atau menyamakan Allah
dengan yang lainnya. Syirik secara umum dapat dikatakan sebagai kecondongan
untuk bersandar pada sesuatu atau pun seseorang selain Allah. Hal ini akan
terjadi pada orang-orang yang tidak mampu mengendalikan nafsu jahatnya, karena
sesungguhnya nafsu jahat itu lebih suka menyembah produk imajinasinya sendiri.
Seringkali tanpa disadari manusia telah mempertuhankan sesuatu selain dari
Allah. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari terdapat umat Islam yang
tidak memperdulikan lagi shalat hanya karena memburu materi. Uang telah menjadi
”tuhan baru” dalam mengisi aktivitas kehidupannya, sehingga kebutuhan spritual
dilupakan. Kemajuan dalam berbagai bidang telah membawa dampak yang sangat
besar terhadap aqidah keislaman.
Namun demikian sekalipun ilmu pengetahuan
modern sudah melangkah begitu jauh menempuh berbagai jalan untuk mengembangkan
pengaruhnya, tetapi belum sepenuhnya memberikan kepuasan kepada umat manusia
dalam hal keamanan dan kesejahteraan. Juga tidak dapat melimpahkan kemesraan
dan kecintaan, kesayangan dan keibaan, sikap tolong menolong bahkan tidak kuasa
pula meluruskan akhlak yang rusak. Oleh sebab itu kemudian umat manusia
dihinggapi penyakit yang sangat mengkhawatirkan akibat berlebihnya keluasan
akal pikiran disamping kesempitan hati nurani. Untuk dapat menjaga tegaknya aqidah Islam itu maka
umat Islam harus kembali kepada petunjuk dari kitab suci al-Qur’an dan sunnah
Rasulullah Saw. Hanya saja untuk memperkuat akidah Islam sangat dibutuhkan
tenaga da’i yang profesional, yang penuh kesungguhan dalam menyebarkan syiar
Islam. Tenaga da’i yang memiliki pendirian yang kokoh berdiri di medan dakwah
mutlak diperlukan, sehingga mempunyai tempat dalam kalbu dan alam pikiran umat
juga dapat menguasai pengaruh kehidupan masyarakat ramai. Kesadaran keagamaan
secara perlahan dikikis dengan konsep pemikiran dari Barat yang dapat membawa
pada degradasi keberimanan.
b. Problema Akhlak
Sebagai makhluk
yang sempurna maka manusia dilengkapi
dengan suatu tabiat yang berbentuk dua kekuatan yaitu amarah dan syahwat
(keinginan). Dua kekuatan inilah yang menentukan akhlak dan sifat manusia.
Dengan kekuatan syahwat, seseorang akan mencari segala sesuatu yang berguna
bagi dirinya sendiri guna untuk mempertahankan hidup dan berketurunan. Sedang
dengan kekuatan amarah, ia dapat menolak segala bahaya yang mengancam
keselamatan dan keamanan dirinya. Kekuatan terakhir ini pada dasarnya merupakan
bagian dari kekuatan pertama walaupun substansi masing-masing berlainan.
Persoalan moralitas merupakan hal yang sangat menonjol di era globalisasi ini
terutama dikalangan remaja. Remaja sebagai bagian dari perjalanan umur
kehidupan seseorang, tentunya mempunyai kebutuhan dan keinginan yang harus
terpenuhi. Kebutuhan itu seringkali menjadi sumber timbulnya berbagai problema
dalam diri dalam rangka penyesuain terhadap lingkungannya.
Kebutuhan remaja
dapat digolongkan kepada tiga bahagian yaitu biologis, psikis dan sosial.
Kebutuhan biologis, Kebutuhan biologis biasa juga disebut physiological drive atau biological
motivation yaitu kebutuhan yang berasal dari dorongan-dorongan biologis
yang bersifat naluriah seperti haus,
dorongan seks, mengantuk dan sebagainya. Kebutuhan Psikis, Kebutuhan psikis
adalah segala dorongan yang menyebabkan orang bertindak mencapai tujuannya yang
bersifat rohaniah atau kejiwaan seperti kebutuhan akan agama, rasa aman,
kesehatan mental dan sebagainya. Kebutuhan sosial, Kebutuhan sosial ialah
kebutuhan yang berhubungan dengan hal-hal di luar diri atau sesuatu yang
ditimbulkan oleh orang lain atau hubungan dengan lainnya misalnya kebutuhan
untuk bergaul, kebutuhan berekspresi dan lainnya.
Pada diri remaja
juga ada benih-benih agama sebagai fitrah akan kehadirannya di muka bumi. Namun
para remaja juga menghadapi problema yang bersangkut paut dengan agama dan budi
pekerti atau akhlak. Karena masa remaja adalah masa ragu-ragu terhadap kaidah-kaidah agama dan akhlak sehingga sering terjadi ketidakseimbangan
dalam diri remaja.
Kelompok-kelompok
remaja biasanya tercipta atas dasar persamaan dalam kemampuan, sikap dan status
sosial. Mungkin apa yang dikatakan orang bijak bahwa jaman ini adalah ”jaman
edan” ada benarnya dan sangat beralasan Islam hanya dipandang sebagai ritual ibadah, identik
dengan masjid, pengajian, dan sebagainya, yang semuanya identik dengan
kelemahan, kebodohan, dan kemiskinan. Akibatnya umat Islam benar-benar terjebak
dalamkondisi keterbelakangan. Kepedulian tehadap sesama umat Islam sangat
kecil. Umat di satu negeri hampir-hampir tidak mempedulikan keadaan saudaranya
di negeri lain. Umat terkena pula penyakit ananiyah (egois). Baginya,
keselamatan diri dan keluarga yang penting, orang lain belakangan. Padahal
Rasulullah bersabda : “ Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Oleh karena itu
untuk menghambat kemajuan dunia Islam maka
dilakukan invasi. Invasi dari pihak non Islam bukan pada invasi militer
melainkaninvasi pemikiran. Karena itu, pihak non muslim saat ini menyerang kaum
muslimin dari sisi aqidah dan akhlak. Setelah rusak aqidah dan akhlak umat
Islam terutama para generasi muda, maka akan mudah pihak non muslim untuk
mengendalikan kaum muslimin. Target akhir dari invasi pemikiran adalah agar
kaum muslimin memberikan loyalitasnya kepada non muslim.
c. Problema Individualisme Materialisme
Globalisasi
membawa dampak yang sangat luar biasa dalam kehidupan masyarakat di seluruh
dunia. Belum pernah ada peradaban yang begitu mendunia seperti mendunianya
peradaban modern. Di kota-kota besar di Indonesia, sikap hidup materialistik
menjadi gaya hidup yang seolah telah merasuk ke dalam relung hati terdalam
masyarakat perkotaan. Agama mulai
tersingkir dari pertimbangan-pertimbangan manusia kota dalam membuat keputusan-keputusan penting dalam kehidupannya. Itu sebabnya,
slogan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang relijius tampaknya
menjadi klise dan kehilangan maknanya. Jika diperhatikan problem-problem yang
muncul dalam masyarakat modern (termasuk sikap mental individualis dan
materialis), tampaknya hal itu tidak
bisa lepas dari pandangan hidup humanistik yang merupakan cikal bakal peradaban
Barat modern. Mengenai humanisme, peradaban Barat adalah contoh yang buruk. Antroposentrisme
menganggap manusia sebagai pusat dunia, karenanya merasa cukup dengan dirinya
sendiri. Selama dua atau tiga ratus tahun lebih manusia modern membatasi
pandangannya hanya pada manusia. Manusia
modern banyak mencari kesenangan dan kepuasan yang dekat (di sini dan saat ini,
duniawi) daripada kesenangan dan kebahagiaan dari perspektif yang lebih jauh
dan mendalam (misalnya kebahagiaan di akhirat). Ini disebabkan karena manusia
telah kehilangan kemampuan untuk membayangkan hal yang lebih jauh dari dirinya
sendiri.
Antroposentrisme
ini kemudian pada gilirannya menghilangkan fungsi transendensi pada diri
manusia. Manusia karena merasa menjadi pusat dunia, cenderung menfokuskan
segala sesuatu pada diri sendiri. Akibatnya dia tidak mampu keluar dari batasan
diri sendiri. Cara pandang dan sikap mental manusia modern bersifat sangat
terbatas dan tidak mampu menjangkau dimensi yang lebih luas, lebih jauh dan
lebih tinggi dari pada dirinya sendiri. Itulah sebabnya kenapa Zohar menyebut
humanisme Barat sebagai humanisme yang miskin spiritual atau humanisme yang
secara spiritual bodoh. Dengan bahasa
lain, kecerdasan spiritual (SQ) manusia yang berangkat dari cara pandang antroposentris
rendah. Terlepas dari semua pandangan di atas, tetapi yang pasti semua itu
disebabkan karena adanya krisis moralitas yang telah melanda masyrakat.
Sementara itu, dakwah untuk mengembalikan ummat manusia kepada fitrahnya,
nampak kehilangan ruh (hakekat dan semangat dakwah). Sehingga, dakwah tidak
memiliki metode, pedoman dan arahan yang jelas. Terutama untuk menjadikan kaum muslimin
sebagai khairu ummah, yang dapat memainkan peran utama dalam kancah
kepemimpinan dunia, dan teladan di tengah masyarakat.[2]
3. Strategi Pemecahan Permasalahan Sosial Dakwah Di
Indonesia
Bertolak dari
faktor-faktor tersebut, agar problematika dakwah tidak semakin kusut dan
berlarut-larut, perlu segera dicarikan jalan keluar dari kemelut persoalan yang
dihadapi itu. Dalam konsep pemikiran yang praktis M. Amien Rais, dalam bukunya
Moralitas Politik Muhammadiyah, menawarkan lima “Pekerjaan Rumah” yang perlu
diselesaikan, agar dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan,
efektif, dan produktif.
Pertama, perlu ada pengkaderan yang serius untuk
memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi. Ilmu dakwah
belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah, melainkan diperlukan pula
berbagai penguasaan dalam teknologi informasi yang mutakhir.
Kedua, setiap organisasi Islam yang berminat
dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil
“Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan, agar jelas
apa yang akan dilakukan.
Ketiga, proses dakwah tidak
lagi terbatas pada dakwah bi al-lisan, tapi harus diperluas dengan
dakwah bi al-hâl, bi al-khitâbah
(lewat tulisan), bi al-hikmah (dalam
arti politik), bi al-iqtishâdiyah
(ekonomi), dan sebagainya. Yang jelas, actions, speak louder than word.
Keempat, media massa cetak dan terutama media
elektronik harus dipikirkan sekarang sebagai media dakwah. Media elektronik
yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam.
Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesanpesan agama lain dan sepi
dari pesan-pesan Islami, maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak
menguntungkan bagi peningkatan dakwah Islam di tanah air.
Kelima, merebut remaja Indonesia adalah tugas
dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak dan para remaja adalah aset yang tidak ternilai. Mereka
wajib selamatkan dari pengikisan aqidah
yang terjadi akibat ‘invasi’ nilai-nilai non islami ke dalam jantung berbagai
komunitas Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng
tangguh (alhusus al-hamidiyyah) dalam
era globalisasi dan informasi sekarang ini, maka dapat disimpulkan bahwa masa
depan dakwah akan tetap ceria.
Dari uraian di atas, dapat diprediksi bahwa
missi dan tantangan dakwah akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks
dan melelahkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab itu
semuanya harus dikelola dengan manajemen dakwah yang profesional oleh tenaga-tenaga dakwah yang berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas
beramal.[3]
Uraian pembahasan
mengenai problematika dakwah pada bab II dimaksudkan untuk memperlihatkan suatu
kerangka strategi dakwah berdasarkan pada pemahaman terhadap berbagai
permasalahan yang telah jelaskan di atas.
1. Islam Sebagai
Nilai Sentral yang Hidup dan Menggerakan
Sebagai suatu
sistem usaha untuk mewujudkan nilai-nilai Islam, dakwah merupakan suatu
kebulatan dari sejumlah unsur, antara yang satu dengan yang lainnya saling
berhubungan dan berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan, yaitu mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur, material dan spiritual yang diridhoi Allah
SWT. Sistem dakwah memiliki fungsi mengubah
lingkungan secara terperinci, yaitu meletakkan dasar filsafat eksistensi
masyarakat Islam, menanamkan nilai-nilai keadilan, persamaan, persatuan,
perdamaian, kebenaran, kebaikan sebagai inti penggerak perkembangan masyarakat,
“membebaskan” individu dan masyarakat dari sistem kehidupan yang dhalim menuju
sistem kehidupan yang adil (demokratis), memberi kritik sosial atas penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi dalam masyarakat dalam rangka mengemban nahi-munkar, memberikan
alternatif konsepsi atas kemacetan sistem dalam rangka melaksanakan amarmakruf,
memberikan dasar orientasi keislaman kegiatan ilmiah dan teknologi, merealisir sistem
budaya yang berakar pada dimensi spiritual yang merupakan ekspresi aqidah
(teologis), meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menegakkan hukum,
mengintegrasikan kelompok-kelompok kecil menjadi kesatuan umat merealisir
keadilan dalam bidang ekonomi dcngan membela kelas masyarakat yang ekonominya
lemah, dan memberi kerangka dasar kcselarasan hubungan manusia dengan alam
lingkungannya.
2. Pendekatan umum yang digunakan adalah pemecahan
masalah yang tengah dihadapi
Hal ini dilakukan baik di bidang politik, ekonomi,
sosial, dan semua aspek kehidupan. Dengan demikian, berbagai permasalahan umat
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari gerakan dakwah. Dalam konteks ini,
yang harus kita ingat adalah permasalahan dakwah mencakup, bukan saja
permasalahan individual pengelola dan sasaran dakwah, tetapi mencakup juga
segi-segi sosial kemasyarakatan dan organisasional. Berdasarkan masalah yang
dikemukakan di atas, maka altematif gerakan dakwah yang digalakkan adalah apa
yang selama ini dikenal dengan Dakwah Bil Hal atau Dakwah Pembangunan.
Alternatif ini berangkat dari asumsi bahwa syarat utama agar suatu komunitas
dapat memelihara dan mengembangkan identitasnya adalah terciptanya kondisi yang
terorganisasi yang kemudian memudahkan persatuan, kerja sama, dan penggerakan
ke arah yang lebih produktif. Selama ini dakwah mengajarkan kepada manusia
bahwa Islam datang dengan membawa rahmat untuk seluruh alam dan tentunya
lebih-lebih lagi untuk pemeluknya. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa
kerahmatan tersebut belum dirasakan menyentuh segi-segi kehidupan nyata kaum
muslimin, lebih-lebih yang hidup di pedesaan. Hal ini disebabkan oleh yang
menyentuh mereka dari ajaran agama selama ini baru segi-segi ibadah ritual
saja, sedangkan segi-segi lainnya, kalaupun disentuh dan dilaksanakan hanya
dalam bentuk individual, dan dalam bentuk kolektif masih sangat sedikit sekali
dan kurang efektif. Dakwah Bil Hal diharapkan dapat menunjang segi-segi
kehidupan masyarakat sehingga pada akhimya setiap komunitas memiliki kemampuan
untuk mengatasi kebutuhan dan kepentingan anggotanya, khususnya dalam bidang
ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat.
3. Pola
Pengembangan Terpadu dan Menyeluruh
Untuk menghadapi masalah-masalah dakwah yang semakin
berat dan semakin kompleks, penyelenggaraan dakwah tidak mungkin dilakukan per
orang secara sendiri-sendiri dan secara sambil lalu saja. Akan tetapi, harus
diselenggarakan oleh para pelaksana dakwah secara bekerja sama dalam
kesatuan-kesatuan yang teratur rapi, dengan terlebih dahulu dipersiapkan dan direncanakan
sematang-matangnya, serta menggunakan sistem kerja yang efektif dan efisien.
Dengan kata lain bahwa dalam menghadapi masyarakat objek dakwah yang sangat
kompleks dengan problem. Penyelenggaraan dakwah akan dapat berjalan secara
efektif dan efisien, apabila terlebih dahulu dapat diidentifikasikan dan
diantisipasi masalah-masalah yang akan dihadapi. Kemudian atas dasar hasil
pengenalan situasi dan kondisi medan dakwah, disusunlah rencana dakwah yang
tepat. Selanjutnya, untuk melaksanakan rencana yang telah disusun itu,
dipersiapkan pula pelaksana yang memiliki kemampuan yang sepadan, dan mereka
diatur dan diorganisir dalam kesatuan-kesatuan yang seimbang dengan luasnya
usaha dakwah yang akan dilakukan.
Demikian pula mereka yang telah diatur dan diorganisir
dalam kesatuan-kesatuan ini digerakan dan diarahkan pada sasaran atau tujuan
dakwah yang dikehendaki. Akhirnya, tindakan-tindakan dakwah yang dilakukan itu
diteliti, dinilai, dan dievaluasi, apakah senantiasa sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan atau terjadi penyimpangan. Untuk mengembangkan masyarakat
Islam diperlukan kegiatan bimbingan masyarakat agar dalam pertumbuhannya tidak
ketinggalan dengan masyarakat umat lain dalam prestasi, yaitu melalui Dakwah
Pengembangan Masyarakat.
Adapun kegiatan yang dilakukan mencakup empat kelompok
kegiatan, yakni studi masalah strategi, pengembangan metodologi, pendidikan dan
latihan, dan koordinasi dan kerjasama. Masing-masing hal tersebut sesungguhnya
bukanlah merupakan kegiatan yang terpisah, tetapi kegiatan yang saling
berkesinambungan. Misalnya, latihan didahului dengan pemetaan profil sosial
ekonomi wilayah pengembangan, sebagai pemahaman yang empiris medan dakwah.
Selanjutnya, latihan itu sendiri dilakukan dengan mengambil metode latihan
tertentu yang tetap dikembangkan oleh lembaga-lembaga pengembangan masyarakat,
sebagai wujud kerjasama dan koordinasi.
Usaha terakhir ini juga berwujud di dalam
penyelenggaraan maupun pengikutsertaan pelatih. Peserta juga diambil dari
berbagai organisasi masyarakat. Bertolak dari pemikiran yang ada, strategi
pengembangan masyarakat yang dipilih berorientasi pada ketentuanketentuan
sebagai berikut:
1.
Dimulai dengan mencari kebutuhan masyarakat, bukan
saja kebutuhan yang secaraobjektif memang memerlukan pemenuhan, tetapi juga
kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat setempat perlu mendapat perhatian.
2.
Bersifat terpadu dengan pengertian bahwa berbagai
aspek kebutuhan masyarakat di atas dapat dijangkau oleh program, dapat
melibatkan berbagai unsur yang ada dalam masyarakat dan penyelenggaraan program
itu sendiri merupakan rangkaian yang tidak terpisah.
3.
Pendekatan
partisipasi dari bawah, dimaksudkan bahwa ide yang ditawarkan mendapat
kesepakatan masyarakat atau merupakan ide masyarakat itu sendiri.
4.
Melalui proses
sistematika pemecahan masalah, artinya program yang dilaksanakan oleh
masyarakat sejauh mungkin diproses menurut aturan/langkah-langkah pemecahan
masalah. Dengan demikian, masyarakat dididik untuk bekerja secara berencana,
efisien dan mempunyai tujuan yang jelas.
5.
Menggunakan teknologi yang sesuai dengan tepat guna,
maksudnya teknologi dalam perangkat lunak maupun perangkat keras yang
ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, terjangkau oleh
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sekaligus dapat mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan, dapat meningkatkan produktivitas dan tidak
mcngakibatkan pengangguran.
6.
Program
dilaksanakan melalui tenaga lapangan yang bertindak sebagai motivator. Fungsi
tenaga lapangan ini dilakukan oleh para da’i, khususnya tcnaga dari
organisasi/Iembaga masyarakat yang berpartisipasi.
7.
Azas swadaya
dan kerjasama masyarakat, maksudnya bahwa pelaksanaan program harus berangkat
dari kemampuan diri sendiri dan merupakan kerjasama dari potensi-potensi yang
ada. Dengan demikian, setiap bantuan dari pihak luar hanya dianggap sebagai
pelengkap dari kemampuan dan potensi yang sudah ada.[4]
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Problematika
berasal dari kata problem yang artinya soal,masalah, perkara sulit, persoalan.
Problematika sendiri secara leksikal mempunyai arti berbagai problem masalah. Gejala umum yang dapat kita rasakan, dapat
kita lihat dewasa ini yang menjadi permasalahan dakwah yang menyelimuti hidup
dan kehidupan manusia sangat beraneka ragam dan sangat kompleks. Namun, secara
ringkas, permasalahan dakwah yang kita temukan dan kita hadapi dalam realitas
keseharian meliputi dua hal pokok yaitu:
1.
Terjadinya pergeseran nilai, yakni nilai-nilai Islam
sedikit demi sedikil digeser oleh berbagai nilai-nilai yang lain seperti
kapitalisme, materialisme, rasionalisme, dinamisme, sekulerisme, manipulasi,
individualisasi, dan lain sebaginya.
2.
Timbulnya berbagai macam permasalahan sosial, seperti
kemiskinan, kebodohan, kekerasan dalam masyarakat, keterbelakangan, dekadensi
moral, ketertindasan dengan berbagai dampaknya.
Di samping itu, kita juga
menghadapi permasalahan dakwah yang berhubungan dengan dinamika “orang lain’’
yang secara sadar terlibat dalam upaya pendangkalan akidah umat Islam, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan berbagai kelemahan internal
umat Islam sebagaimana disebutkan dalam permasalahan utama di atas menjadi
bagian yang sangat mengkhawatirkan. Untuk memberikan jawaban yang strategis
bagi permasalahan dakwah di atas, kita memerlukan “kalkulasi” yang jujur
terhadap apa yang telah dicapai saat ini, apa saja yang telah kita lakukan, dan
apa yang bclum sama sckali kita sentuh.
Untuk strategi pemecahan
masalah yang ditawarkan untuk mengatasi masalah sosial dakwah di Indonesia
antara lain :
1.
perlu ada
pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian
kerja yang rapi.
2.
Setiap
organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun
laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui
masalah-masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
3.
proses dakwah tidak
lagi terbatas pada dakwah bi al-lisan, tapi harus diperluas dengan
dakwah bi al-hâl, bi al-khitâbah
(lewat tulisan), bi al-hikmah (dalam
arti politik), bi al-iqtishâdiyah
(ekonomi), dan sebagainya. Yang jelas, actions, speak louder than word.
4.
Berdakwah melalui media masa, sebagai sarana yang
dinilai efektif untuk mensyiarkan ajaran
agama.
5.
Pemahaman mengenai kajian Islam Sebagai Nilai Sentral
yang Hidup dan Menggerakan
6.
Pendekatan umum yang digunakan adalah pemecahan
masalah yang tengah dihadapi
7.
Menggunakan Pola Pengembangan Terpadu dan Menyeluruh.
2. Kritik dan saran
Demikian makalah mengenai sejarah
dan perkembangan retorika yang dapat kami buat dan kami sampaikan. Mudah-mudahan
dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kesalahan dalam penulisan,
ataupun ada refrensi yang kurang benar dalam pembahasan, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Dan kami menerima saran dan kritikan dari pembaca demi
kebaikan kami untuk selanjutnya. Tiada kesempurnaan bagi kita, kecuali
kesempurnaan itu hanya milik Allah semata.
DAFTAR PUSTAKA
_________Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni
2013 : 1 – 23 Dakwah dan Problematika Umat Islam (Nurhidayat Muh. Said) (diunduh pada Jum’at, 2 Desember 2016)
_________JURNAL DAKWAH DAN KOMUNIKASI. Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto KOMUNIKA ISSN: 1978-126 Vol.2 No.2 Jul-Des 2008
pp.269-276(diunduh pada Jum’at, 2 Desember
2016)
_________Sulton, Muhammad dkk, Problematika Dakwah Di Fakfak Papua.
2012. Semarang : IAIN Walisongo.
[1] Muhammad Sulton dkk,
Problematika Dakwah Di Fakfak Papua, (Semarang : IAIN Walisongo, 2012) hlm 35
[2] Jurnal Dakwah
Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni 2013 : 1 – 23 Dakwah dan Problematika Umat Islam (Nurhidayat Muh. Said) diunduh pada Jum’at, 2 Desember 2016.
[3] Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni 2013 : 1 – 23 Dakwah
dan Problematika Umat Islam
(Nurhidayat Muh. Said) diunduh pada Jum’at, 2 Desember 2016.
[4] JURNAL DAKWAH DAN
KOMUNIKASI. Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto KOMUNIKA ISSN: 1978-126 Vol.2 No.2 Jul-Des 2008
pp.269-276(diunduh pada
Jum’at, 2 Desember 2016)
0 komentar:
Posting Komentar